http://370812.knyzew.asia/index.php/jiwall/issue/feedJURNAL ILMIAH WAHANA LAUT LESTARI (JIWaLL)2024-09-06T03:05:09+00:00Danial Sultan[email protected]Open Journal Systems<p style="text-align: justify;"><strong>JURNAL Ilmiah Wahana Laut Lestari (JIWaLL) : </strong>Jurnal Perikanan, Ilmu dan Tekonologi Kelautan, Konservasi sumberdaya kelautan, pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut, perencanaan fasilitas pantai dan laut, perencanaan dan pengolahan hasil perikanan, eksplorasi sumber daya hayati perikanan dan kelautan, pemetaan sumber daya perikanan dan keluatan, manajemen perikanan tangkap, memuat hasil-hasil penelitian/kajian yang meliputi aspek teknologi, manajemen, sosial ekonomi perikanan, kebijakan perikanan, pesisir dan laut.</p> <p style="text-align: justify;">Jurnal ini diterbitkan oleh <strong><em>Program Studi Ilmu Kelautan,</em></strong> <strong><em>Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muslim Indonesia</em></strong> Makassar, Sulawesi Selatan dengan jadwal penerbitan 2 (dua) kali dalam satu tahun (bulan Februari dan Agustus) dengan tujuan menyebarluaskan informasi hasil-hasil penelitian tentang Pengelolaan sumberdaya Pesisir dan laut, Perkembangan Teknologi, Biologi Perikanan dan Kelautan, Penanganan dan pengolahan hasil perikanan dan pesisir laut, Manajemen perikanan tangkap, Eksplorasi sumber daya hayati perikanan dan kelautan, pemetaan sumber daya perikanan dan keluatan, Kebijakan pembangunan perikanan dan pesisir, Sosial ekonomi perikanan, dan Kewirausahaan/agribisnis.</p> <p style="text-align: justify;">Naskah yang dimuat dalam jurnal ini terutama berasal dari penelitian maupun kajian konseptual yang dilakukan oleh mahasiswa dan staf pengajar/akademisi dari berbagai universitas di Indonesia, para peneliti di berbagai bidang lembaga pemerintahan dan pemerhati masalah Pesisir dan Kelautan, Konservasi sumberdaya pesisr dan Laut, perikanan, teknologi perikanan, eksplorasi Sumberdaya Perikanan.</p>http://370812.knyzew.asia/index.php/jiwall/article/view/480Pemanfaatan Limbah Ikan Menjadi Pakan Bernutrisi Tinggi Solusi Inovatif Dalam Sektor Perikanan Di Kabupaten Kepulauan Selayar2024-09-06T02:58:43+00:00Rahayu Abriani Sahar[email protected]<p><em>Fishery waste consists of liquid and solid waste, accounting for 30-40% of the total weight of fish, mollusks, and crustaceans. Unfortunately, fish waste has not been well-managed due to its low economic value. However, with the advancement of technology, the opportunity to process fish waste into high-value products is increasingly open. Modern technology enables fish waste to be converted into high-quality fish feed, reducing the cost of commercial feed.</em></p> <p><em>The utilization of fish waste not only generates positive economic impacts but also significant environmental benefits. Processing fish waste into feed can reduce the risk of environmental pollution, decrease greenhouse gas emissions, and reduce pressure on wild fish resources. The use of feed from fish waste helps to promote more sustainable and environmentally friendly aquaculture practices.</em></p> <p><em>Research results show that using fish waste as an alternative feed in shrimp farming provides dual benefits for the environment and economy. Therefore, standard quality regulations are needed to ensure effective and safe management of fish waste for the environment and human health.</em></p>2024-08-16T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://370812.knyzew.asia/index.php/jiwall/article/view/502Pemanfaatan Citra Satelit Aqua Modis Untuk Prediksi Wilayah Potensial Penangkapan Ikan Pelagis Di Perairan Kabupaten Pasangkayu2024-09-06T03:05:09+00:00Haryanto Asri[email protected]<p>Penelitian ini bertujuan untuk memetakan prediksi area potensial penangkapan ikan pelagis di perairan Kabupaten Pasangkayu menggunakan citra satelit Aqua MODIS. Data suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a dari satelit ini diolah untuk mengidentifikasi zona penangkapan yang optimal. Metode penelitian meliputi pengumpulan data SPL dan klorofil-a dari database NASA, analisis data menggunakan perangkat lunak SeaDAS 9.0.1 dan ArcGIS 10.7, serta pemetaan daerah potensial penangkapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu permukaan laut berkisar antara 26°C hingga 30°C dengan variasi musiman yang signifikan, lebih tinggi pada musim timur (Juni-Agustus) dan lebih rendah pada musim barat (Desember-Februari). Konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,3 µg/L hingga 20 µg/L, dengan nilai tinggi di area dekat pantai yang menunjukkan produktivitas primer yang mendukung keberadaan ikan pelagis. Pemetaan menunjukkan bahwa sebagian besar zona potensial penangkapan berada dalam radius 12 mil dari pantai, dengan konsentrasi klorofil-a yang tinggi dan suhu permukaan laut yang mendukung.</p>2024-08-16T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://370812.knyzew.asia/index.php/jiwall/article/view/474Analisis Perubahan Tutupan Lamun Dengan Menggunakan Data Citra Satelit Di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar2024-09-06T02:43:33+00:00Farhansyah Noer Hadi[email protected]Abdul Rauf[email protected]Muhammad Yunus[email protected]<p><em><span style="font-weight: 400;">ABSTRACK</span></em></p> <p><em><span style="font-weight: 400;">Barranglompo Island has an area of about 20.64 ha located about 12 kilometers west of Makassar City and is in the Spermonde Islands region. Seagrass is one of the important ecosystems in coastal areas. Seagrass ecosystems play an important role as producers in coastal food webs (Susetino, 2004 in Trisnawati, 2012). Ecologically seagrasses have several important functions in coastal areas, they are an important food source for many organisms (in the form of detritus) Anurogo, W. et al., 2018). Remote sensing techniques utilizing Landsat 8 satellite imagery can provide many advantages for use in seagrass mapping to determine the extent of seagrass distribution. The results of mapping seagrass distribution on Barrang Lompo Island using the Lyzenga method showed that the area of seagrass ecosystem on Barrang Lompo Island decreased every year by 29.95 Ha. Where in the 2013 map has an area of 50.24 Ha, while in the 2021 map the seagrass ecosystem area is 20.29 Ha.</span></em></p>2024-08-17T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://370812.knyzew.asia/index.php/jiwall/article/view/475Kondisi Terumbu Karang Di Perairan Leato Selatan Kecamatan Dumbo Raya Provinsi Gorontalo2024-09-06T02:55:54+00:00Dian Alfiansah[email protected]Abdul Rauf[email protected]Muhammad Yunus[email protected]<p><em>Coral reefs are one of the tropical aquatic ecosystems which have a very important function both for the organisms that build this ecosystem and the surrounding ecosystems, namely seagrass ecosystems and mangrove ecosystems. Coral reef ecosystems are coastal area resources that are very vulnerable to damage, especially caused by human behavior/surrounding communities. The aim of the research is to determine the percentage of coral cover and coral reef mortality index in South Leato waters. This research was carried out from February to March 2024, located in South Leato Waters, Dumbo Raya District, Gorontalo Province. The research uses the Underwater Photo Transect (UPT) method, where the data is processed and analyzed with CPCe software. Based on the percentage of live coral cover from each station, namely Station I of 48.53% is in the medium category, Station II of 27.56% is in the medium category, Station III of 39.97% is in the medium category. With an average live coral cover of 38.69%, it is in the medium category, referring to the Decree of the Minister of Environment No. 4 of 2001 concerning Standard Criteria for Coral Reef Damage. The percentage level of coral reef damage calculated using the Mortality Index is station I at 0.46, station II at 0.66, station III at 0.67. The average mortality index for coral reefs in South Leato waters is 0.59, falling into the high mortality index category.</em></p>2024-08-19T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://370812.knyzew.asia/index.php/jiwall/article/view/476Pemantauan Kepadatan Megabentos Target Pada Terumbu Karang di Perairan Leato Selatan Kecamatan Dumbo Raya Provinsi Gorontalo2024-09-06T02:57:43+00:00Andi Muhammad Ali Hanafi[email protected]Kamil Yusuf[email protected]Hamsiah Hamsiah[email protected]<p><em>Megabenthos target associated with coral reefs include spiny starfish, blue starfish, sea urchins, sea cucumber, clams, Drupella spp., trocha snail, and lobsters which is ecologically used as an indicator for monitoring the healt condition of coral reefs and is benefical for the community’s economy.The aim of this research is to determine the density level and distribution pattern of megabenthos target on coral reefs in the waters of South Leato, Dumbo Raya Subdistrict, Gorontalo Province. Method used in collecting megabenthos data is with Bentos Belt Transect. Observation results show that the megabenthos target found in South Leato waters were seven types consisting of sea cucumber, clams, trocha snail, spiny starfish, Drupella spp., sea urchins, and blue starfish. The megabenthos target density range values obtained are 0,007 – 0,435 ind/m<sup>2</sup>, and for morisita index values ranging 0 - 0,6655 id with the distribution pattern of the megabenthos target found all being unifom.</em></p>2024-08-19T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://370812.knyzew.asia/index.php/jiwall/article/view/481Analisis Tingkat Kerusakan Ekosistem Mangrove Akibat Aktivitas Masyarakat Kawasan Pesisir Karang-Karangan Kecamatan Bua Kabupaten Luwu2024-09-06T02:59:29+00:00Ali Gufron[email protected]Asbar Asbar[email protected]Danial Danial[email protected]<p><em>Mangrove memiliki banyak manfaat dari berbagai perspektif ekologi, biologi dan ekonomi. Fungsi ekologi antara lain menjaga pantai stabil dan menjadi habitat burung, fungsi biologi adalah untuk membenihkan ikan, udang dan biota laut yang memakan plankton dan fungsi ekonomi adalah sebagai tempat budidaya ikan tambak, tempat rekreasi dan sumber kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis mangrove dan mengetahui tingkat kerusakan hutan mangrove serta pengaruh aktivitias masyarakat terhadap tingkat kerusakan mangrove di Kawasan Pesisir Karang-karangan Kecamatan Bua Kabupaten Luwu. Metode yang digunakan yaitu Metode Transek Garis dan Petak Contoh (Line Transect Plot) yang merupakan sebuah metode untuk mengambil sampel populasi dalam suatu ekosistem Metode ini menggunakan pendekatan petak contoh yang ditempatkan sepanjang garis yang ditarik melintasi wilayah ekosistem tersebut. Setiap stasiun mangrove yang berada disepanjang transek plot yang berukuran 10 m x 10 m (100m2) yang digunakan untuk mangrove kategori pohon minimal tiga petak contoh plot, letakkan petak-petak contoh (plot) secara acak berbentuk kotak dengan ukuran 5 m x 5 m (25m2) yang digunakan untuk mangrove kategori anakan.</em></p>2024-08-20T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://370812.knyzew.asia/index.php/jiwall/article/view/485Perbandingan Perspektif Antara Mahasiswa Teknik Kelautan dan Masyarakat Terhadap Dampak Pembangunan Infrastruktur Offshore dan Onshore2024-09-06T03:00:10+00:00Dina Apriyani Nanarakim[email protected]<p>Pembangunan infrastruktur <em>offshore </em>dan <em>onshore </em>semakin marak di Indonesia dengan meningkatnya kebutuhan energi serta pengembangan dalam wilayah pesisir pantai. Namun, dampak dari infrastruktur ini terhadap lingkungan dan juga masyarakat masih sering dipertanyakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perspektif masyarakat mengenai dampak adanya infrastruktur <em>offshore </em>dan <em>onshore</em> terhadap lingkungan dan juga masyarakat serta mengetahui cara untuk meminimalisasi munculnya perspektif negatif terhadap pembangunan infrastruktur pantai dan lepas pantai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei kuesioner yang disebar di wilayah ITB dengan fokus utamanya yaitu perbandingan pendapat mahasiswa teknik kelautan dan masyarakat lainnya di ITB. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masih terdapat masyarakat yang belum paham mengenai dampak yang sebenarnya harus diketahui masyarakat serta dibutuhkannya sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Hasil penelitian ini dapat mengidentifikasi perbedaan perspektif dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai dampak pembangunan infrastruktur <em>offshore </em>dan <em>onshore.</em></p>2024-08-20T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://370812.knyzew.asia/index.php/jiwall/article/view/487Analisis Perubahan dan Faktor Penyebab Kerusakan Garis Pantai Di Ujung Tape Kabupaten Pinrang2024-09-06T03:00:51+00:00Putri Tasya[email protected]Danial Danial[email protected]Asbar Asbar[email protected]<p><em>Perubahan pesisir merupakan salah satu jenis dinamika kawasan pantai yang terjadi tanpa henti. Perubahan pantai yang terjadi pada wilayah tepi laut antara lain disintegrasi sisi laut (scraped spot) dan perluasan pantai (sedimentasi atau pertumbuhan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju dan luas perubahan pantai selama beberapa tahun terakhir di wilayah sisi Samudera Ujung Tape, Rezim Pinrang. Metode yang digunakan adalah metode overlay atau penumpukan tumpeng citra Landsat -8 dan observasi lapangan. Berdasarkan hasil penelitian di kawasan pesisir Pantai Ujung Tape selama kurun waktu 5 periode dengan rata-rata laju abrasi -14,3 m/tahun dan akresi 7,45 m/tahun. Sedangkan luas abrasi -1,8 Ha dan akresi 0,45 Ha disebabkan oleh faktor alam dan manusia. Faktor alogenik meliputi gelombang, arus laut, dan pasang surut. Sedangkan unsur antropogenik memisahkan air atau merusak ombak, kurangnya tanaman bakau, pengumpulan sampah di sekitar kawasan tepi pantai Ujung Tape, dan pengembangan lahan. Kedua variabel ini saling berkaitan dan membawa perubahan terhadap laju dan luas pantai</em></p>2024-08-20T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://370812.knyzew.asia/index.php/jiwall/article/view/499Analisis Perhitungan Kedalaman Perairan Menggunakan Chart Datum dan Pasang Surut Di Pelabuhan Mamuju Provinsi Sulawesi Barat2024-09-06T03:01:49+00:00Amirullah Amirullah[email protected]Danial Danial[email protected]Syahrul Djafar[email protected]<p>Kedalaman perairan merupakan salah satu prasyarat penentuan pelabuhan induk nasional, hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor 184 tahun 2019 tentang Rencana Induk Pelabuhan Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Tujuan penelitan yaitu untuk mengetahui metode perhitungan kedalaman perairan di sekitar Pelabuhan Mamuju dengan mempertimbangkan pasang surut dan menentukan kedalaman perairan di sekitar Pelabuhan Mamuju yang dibutuhkan untuk memenuhi standar operasional kapal. Penelitian ini dilaksanakan pada 25 Maret sampai 30 April 2024 yang berlokasi di Perairan Pelabuhan Mamuju, Kel. Binanga, Kec. Mamuju, Kab. Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat dengan koordinat 02° 40’ 03.9” S dan 118° 53’ 37.1” W. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pasang surut dari pengamatan langsung dan prediksi BMKG. Analisis data dilakukan dalam analisis pasang surut dengan metode Admiralty dan analisis batimetri dengan menggunakan metode statistika regresi linier. Hasil analisis kedalaman perairan disekitar dermaga Pelabuhan Mamuju berdasarkan nilai MSL (Mean Sea Level) dari pengamatan menggunakan AWLR (Automatic Water Level Recorder) diperoleh kedalaman 8-15 m dan kedalaman berdasarkan nilai MSL (Mean Sea Level) dari data prediksi BMKG diperoleh kedalaman 7-13 m, sementara kedalaman yang aman bagi kapal-kapal untuk sandar dan olah gerak di dermaga yaitu didasarkan pada draft kapal yang dijumlahkan dengan 50% dari draft kapal itu sendiri.Pasang surut dan chart datum memiliki pengaruh yang penting terhadap perhitungan kedalaman perairan, dimana nilai MSL pada pasang surut akan mempengaruhi koreksi nilai tinggi rata-rata permukaan air pada palem pasut dan kedalaman ditentukan dengan koreksi dari nilai MSL yang diperoleh.</p>2024-08-20T03:32:21+00:00##submission.copyrightStatement##http://370812.knyzew.asia/index.php/jiwall/article/view/500Karakteristik Morfometrik Lamun (Enhalus Acoroides) Di Perairan Desa Bontolebang Kepulauan Selayar2024-09-06T03:02:46+00:00Fahranil Zahra Zahra[email protected]Hamsiah Hamsiah[email protected]Beddu Tang[email protected]<p>Lamun (<em>seagrass</em>) merupakan tumbuhan berbiji (<em>angiospermae</em>) yang berbunga dan hidup pada perairan dangkal yang masih mendapatkan cahaya matahari sehingga mampu menghantarkann zat-zat hara, oksigen dan mengangkut metaboliseme lamun pada lingkungan sekitarnya. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah meliputi tahap persiapan, penentuan lokasi penelitian, pengambilan data lamun, dan Pengambilan data parameter lingkungan<strong>. </strong>Pengambilan data lamun <em>Enhalus acoroides </em> dilakukan saat air laut mengalami surut dengan kedalaman air antara 5-50 cm dengan menggunakan metode transek kuadran 50 cm x 50 cm pada meter 0 m, 50 m dan 100 m. Pengambilan sampel morfometrik lamun menggunakan kuadran 50 x 50 cm yang terdiri dari 4 plot dilakukan dengan memilih 1 tegakan secara acak per plot nya dengan metode transek kuadran. Setelah terpilih 4 tegakan per stasiun maka dapat diukur morfometrik lamun yaitu panjang akar, panjang rhizome, panjang daun, dan panjang lebar daun. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Rata-rata kerapatan lamun <em>Enhalus Acoroides</em> dengan nilai yaitu 9,60 ind/m<sup>2</sup>, rata-rata panjang daun lamun yaitu 60,78 cm, rata-rata lebar daun lamun yaitu 1,52 cm, rata-rata panjang akar lamun yaitu 12,00 cm, dan rata-rata panjang rhizome yaitu 5,11 cm.</p>2024-08-20T03:45:12+00:00##submission.copyrightStatement##